Anak yang disibukkan beragam aktivitas apalagi jauh dari orang tua, pasti kalimat yang sering keluar dari Ayah-Bunda ngga jauh-jauh dari: “makannya yang bener”, atau, “jangan lupa makan, ya.” Walaupun sudah makan, tapi kalau menunya mie instan favorit sejuta umat, tetap saja orang tua merasa selalu ada yang kurang sekaligus khawatir.
Ketika anak memasuki masa SMP alias mendekati baligh, mereka menghadapi tuntutan baru yang menguji fisik, mental, dan emosional. Belajar, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan menghadapi perubahan sosial merupakan bagian tak terpisahkan dari masa pertumbuhan. Makanan sehat memberikan bahan bakar bagi otak dan tubuh anak. Sehingga nutrisi yang tepat membantu dalam konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar. Sebaliknya, pola makan tidak sehat seperti konsumsi makanan cepat saji (junkfood) yang tinggi gula, lemak jenuh, dan garam dapat mengganggu fungsi otak dan mempengaruhi kemampuan belajar mereka.
Tapi, makanan sehat itu seperti apa, sih? Apakah yang isinya sayuran semua? Ayah-Bunda mungkin pernah mendengar istilah “4 sehat 5 sempurna” yang dulu menjadi panduan makanan sehat setiap hari. Tapi slogan itu sudah diubah oleh Kemenkes RI menjadi “Isi Piringku” yang tidak hanya menekankan pada apa saja makanan yang penting dikonsumsi, tapi juga jumlah porsi dalam satu piring yang berisi 50% karbohidrat dan protein, dan 50% sisanya berisi buah dan sayur.
Artinya, makanan sehat yang baik dikonsumsi baik anak-anak maupun dewasa dapat dilihat dari nutrisi yang tersaji di piringnya. Nutrisi yang harus ada diantaranya, karbohidrat sebagai sumber energi utama, protein sebagai zat pembangun, air, buah dan sayur sebagai sumber vitamin dan mineral yang juga kaya dengan anti oksidan.
“Isi Piringku” terbagi menjadi:
- Berisi ⅔ karbohidrat dari ½ isi piring
- Berisi ⅓ protein dari ½ isi piring
- Berisi ⅓ buah dari ½ isi piring
- Berisi ⅔ sayuran dari ½ isi piring
Makanan sehat juga berperan dalam mencegah berbagai penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung yang dapat muncul di kemudian hari. Maka orang tua yang memberikan makanan sehat sejak dini tentu membantu menciptakan pola makan yang sehat bagi anak yang menuju dewasa. Namun bagaimana dengan Ayah-Bunda yang menyekolahkan anaknya di pesantren?
Menyadari kekhawatiran itu, Sekolah Al Bunyan memiliki salah satu program bernama Dapur Sehat. Program ini dirancang untuk memenuhi asupan nutrisi siswa setiap harinya sesuai dengan kecukupan gizi mereka. Sehingga Ayah-Bunda tidak perlu khawatir, karena menu makanan mereka yang bervariasi dan sehat, telah dirancang untuk mendukung siswa agar semangat menjalankan serangkaian aktivitas sekolahnya yang padat.